
PT Rifan Financindo Berjangka – Emas Rebound Tipis; CPI Penentu Arah
Emas sempat pulih tipis pada Kamis (23/10) setelah dua candle bearish beruntun, didorong aksi ambil untung jelang rilis CPI AS (September) dan meredanya retorika dagang Presiden Donald Trump terhadap Tiongkok. Harga sempat menyentuh intraday high $4.154 sebelum terkoreksi, terakhir di sekitar $4.108 (+0,2%).
Sentimen membaik, namun belum cukup untuk menembus solid di atas $4.100. Arah geopolitik masih “naik-turun”: Trump mengumumkan sanksi baru ke Rusia—menargetkan Lukoil dan Rosneft—sementara Gedung Putih dikabarkan menyiapkan pembatasan akses Tiongkok ke perangkat lunak buatan perusahaan AS sebagai respons atas kontrol ekspor logam tanah jarang dan biaya pelabuhan untuk kapal berbendera AS.
Meski Selasa mencatat penurunan harian terdalam 5 tahun, emas masih +57% YTD. Fokus pasar kini ke CPI Jumat, dengan konsensus headline 3,1% YoY dan core 3,1% YoY—data yang akan mengarahkan ekspektasi The Fed dan, pada gilirannya, arah dolar & imbal hasil. Range yang dipantau: $4.000 (support) – $4.154 (resistance intraday). (Arl)
Sumber: Newsmaker.id
Emas Naik di Tengah Meningkatnya Risiko Geopolitik
Harga emas naik lebih dari 1% pada Kamis (24/10) setelah dua sesi beruntun mengalami penurunan, seiring meningkatnya risiko geopolitik yang mendorong permintaan aset safe haven dan investor menanti rilis data inflasi Amerika Serikat pada Jumat.
Harga emas spot naik 1,2% menjadi $4.143,80 per ons pada pukul 09.21 waktu New York (13.21 GMT), setelah sebelumnya jatuh ke level terendah dalam hampir dua pekan.
Kontrak berjangka emas AS untuk pengiriman Desember naik 2,3% menjadi $4.160,50 per ons. Harga emas sempat menyentuh rekor tertinggi $4.381,21 pada Senin lalu, namun mencatat penurunan terbesar dalam lima tahun pada sesi berikutnya.
Sementara ujar Peter Grant, Wakil Presiden dan Analis Logam Senior di Zaner Metals. “Semua faktor fundamental yang mendorong kenaikan emas tahun ini masih sangat kuat. Ada pembelian oportunistik saat harga turun dan sedikit peningkatan ketegangan perdagangan serta geopolitik yang mendukung pergerakan ini,”
Harga emas telah naik sekitar 57% sepanjang tahun ini, didorong oleh ketegangan geopolitik, ketidakpastian ekonomi, ekspektasi pemangkasan suku bunga, serta pembelian emas berkelanjutan oleh bank sentral. Presiden AS Donald Trump pada Rabu menjatuhkan sanksi terkait Ukraina terhadap Rusia untuk pertama kalinya di masa jabatan keduanya, yang menargetkan perusahaan minyak Lukoil dan Rosneft. Pemerintah AS juga mempertimbangkan pembatasan ekspor produk berbasis perangkat lunak ke Tiongkok sebagai respons atas pembatasan ekspor mineral tanah jarang oleh Beijing.
Fokus pasar kini tertuju pada data indeks harga konsumen (CPI) AS yang akan dirilis Jumat, yang dianggap sebagai sinyal inflasi paling jelas menjelang pertemuan kebijakan Federal Reserve pekan depan. Data tersebut diperkirakan menunjukkan inflasi inti tetap di level 3,1% pada September.
Pasar sudah memperkirakan pemangkasan suku bunga 25 basis poin, dengan potensi penurunan lanjutan pada Desember.
Sementara itu, JP Morgan memperkirakan harga emas dapat mencapai rata-rata $5.055 per ons pada kuartal keempat 2026, dengan asumsi permintaan investor dan pembelian bank sentral akan mencapai sekitar 566 ton per kuartal tahun depan.
Untuk logam mulia lainnya, perak spot naik 1,6% menjadi $49,29 per ons, platinum naik 1,2% ke $1.640,61, sedangkan palladium turun tipis 0,1% menjadi $1.457,08 per ons.(yds) PT Rifan Financindo Berjangka.
Sumber : NewsMaker
