
PT Rifan – China Cabut Insentif: Emas Jeblok ke Bawah $4.000
Harga emas turun lagi ke bawah $4.000/oz setelah China mengakhiri insentif pajak yang sudah lama berlaku untuk sebagian peritel. Di awal sesi Asia, emas sempat anjlok hingga 0,6% ke sekitar $3.978/oz. Kebijakan baru ini berisiko menekan permintaan di salah satu pasar logam mulia terbesar di dunia.
Beijing kini melarang sebagian peritel mengkompensasi PPN saat menjual emas yang dibeli dari Shanghai Gold Exchange (SGE) dan Shanghai Futures Exchange, baik dijual langsung maupun setelah diproses. Insentif pajak itu sekarang hanya berlaku bagi anggota SGE dan bursa berjangka seperti bank besar, kilang, dan pabrikan—dan kebijakan ini berjalan sampai akhir 2027.
Padahal, emas sempat mencetak rekor pada awal Oktober karena aksi beli ritel global, lalu berbalik turun tajam di dua pekan terakhir bulan itu. Meski begitu, harganya masih lebih dari 50% naik sepanjang tahun ini, ditopang pembelian bank sentral dan minat aset lindung nilai yang diperkirakan tetap kuat.
Menurut Adrian Ash dari BullionVault, perubahan pajak di negara konsumen emas terbesar ini bisa meredupkan sentimen global dan membuka ruang koreksi lebih dalam setelah lonjakan bulan lalu. Pada saat yang sama, Indeks Spot Dolar Bloomberg nyaris tidak berubah; perak ikut melemah, sementara platinum dan paladium justru sedikit menguat.(asd)
Sumber: Newsmaker.id
China Cabut Insentif: Emas Jeblok ke Bawah $4.000
Harga emas turun lagi ke bawah $4.000/oz setelah China mengakhiri insentif pajak yang sudah lama berlaku untuk sebagian peritel. Di awal sesi Asia, emas sempat anjlok hingga 0,6% ke sekitar $3.978/oz. Kebijakan baru ini berisiko menekan permintaan di salah satu pasar logam mulia terbesar di dunia.
Beijing kini melarang sebagian peritel mengkompensasi PPN saat menjual emas yang dibeli dari Shanghai Gold Exchange (SGE) dan Shanghai Futures Exchange, baik dijual langsung maupun setelah diproses. Insentif pajak itu sekarang hanya berlaku bagi anggota SGE dan bursa berjangka seperti bank besar, kilang, dan pabrikan—dan kebijakan ini berjalan sampai akhir 2027.
Padahal, emas sempat mencetak rekor pada awal Oktober karena aksi beli ritel global, lalu berbalik turun tajam di dua pekan terakhir bulan itu. Meski begitu, harganya masih lebih dari 50% naik sepanjang tahun ini, ditopang pembelian bank sentral dan minat aset lindung nilai yang diperkirakan tetap kuat.
Menurut Adrian Ash dari BullionVault, perubahan pajak di negara konsumen emas terbesar ini bisa meredupkan sentimen global dan membuka ruang koreksi lebih dalam setelah lonjakan bulan lalu. Pada saat yang sama, Indeks Spot Dolar Bloomberg nyaris tidak berubah; perak ikut melemah, sementara platinum dan paladium justru sedikit menguat.(asd) PT Rifan.
Sumber : NewsMaker
