
Rifan Financindo – Tarif Memanas, Emas Kembali Bersinar!
Emas menguat pada hari Rabu (16/7) setelah serangkaian pengumuman terkait tarif dari Presiden Donald Trump mengisyaratkan kekhawatiran atas dampak potensial perang dagang global, yang memberikan dukungan bagi aset haven.
Emas batangan naik tipis ke sekitar $3.330 per ons setelah ditutup 0,6% lebih rendah pada hari Selasa. Trump mengatakan ia telah mencapai kesepakatan dengan Indonesia, mengenakan tarif 19% pada negara tersebut. Presiden juga mengatakan pungutan pada produk farmasi kemungkinan akan segera diberlakukan pada akhir bulan, sementara tarif pada semikonduktor juga akan diberlakukan. Sementara itu, AS membuka penyelidikan terhadap Brasil tentang praktik perdagangannya yang “tidak adil”.
Logam mulia melemah pada sesi sebelumnya setelah laporan inflasi AS yang lemah memicu spekulasi bahwa Federal Reserve mungkin akan mempertahankan kebijakan moneter untuk saat ini. Suku bunga yang lebih tinggi biasanya berdampak negatif untuk emas batangan tanpa bunga. Emas telah berfluktuasi dalam kisaran yang relatif ketat selama beberapa bulan terakhir dan tetap naik lebih dari seperempat tahun ini. Hal ini didukung oleh kecemasan atas dampak ketegangan perdagangan, konflik geopolitik, dan arus masuk yang kuat ke dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) dan bank sentral.
Harga emas spot naik 0,2% menjadi $3.331,47 per ons pada pukul 08.19 pagi waktu Singapura. Indeks Bloomberg Dollar Spot sedikit berubah. Perak sedikit menguat setelah mundur selama dua sesi sebelumnya dari level tertinggi 14 tahun minggu lalu. Paladium dan platinum stabil. (Arl)
Sumber: Bloomberg
Emas Turun di Tengah Penantian Pembaruan Tarif
Harga emas turun pada hari Selasa (15/7) karena pelaku pasar menanti pembaruan tarif dari Amerika Serikat, sementara laporan inflasi menunjukkan kenaikan harga konsumen yang sesuai ekspektasi.
Harga emas spot turun 0,5% menjadi $3.328,06 per ons pada pukul 13:45 waktu setempat (17:45 GMT). Kontrak berjangka emas AS ditutup turun 0,7% ke level $3.336,70.
Penguatan dolar AS sebesar 0,6% turut menekan harga emas, karena membuat logam mulia ini menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Sementara Peter Grant, yang merupakan wakil presiden dan analis logam senior di Zaner Metals mengatakan, “Saya pikir pasar masih sangat fokus pada isu tarif, yang tetap menjadi faktor penopang harga emas. Saya tetap optimistis terhadap emas, meskipun harganya masih bergerak dalam kisaran yang sama sejak pertengahan Mei,” Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump kembali mengancam akan memberlakukan tarif yang lebih tinggi, termasuk tarif 30% terhadap impor dari Uni Eropa dan Meksiko.
Sementara itu, data inflasi yang dirilis hari Selasa menunjukkan Indeks Harga Konsumen (CPI) AS naik 0,3% pada bulan lalu, sesuai dengan perkiraan, setelah hanya naik 0,1% pada Mei. Ini merupakan kenaikan bulanan tertinggi sejak Januari.
Melalui unggahan di Truth Social, Trump menyatakan bahwa karena inflasi tetap rendah, Federal Reserve seharusnya memangkas suku bunga. Ia telah lama menyerukan penurunan suku bunga demi mendukung pertumbuhan ekonomi.
Pasar kini semakin yakin bahwa The Fed dapat mulai memangkas biaya pinjaman jangka pendek pada bulan September, menyusul data inflasi tersebut.
Selain itu Tai Wong, yang merupakan seorang trader logam independent mengatakan, “Sejujurnya, harga emas seharusnya bisa lebih bergairah. Ini memperkuat pandangan bahwa pasar memerlukan pemicu baru untuk mendorong harga emas kembali menembus $3.400,”.
Investor kini menanti rilis data Indeks Harga Produsen (PPI) AS pada hari Rabu untuk mencari petunjuk arah kebijakan berikutnya.
Sebagai aset safe-haven, emas biasanya menguat di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, serta mendapat dorongan dalam lingkungan suku bunga rendah karena tidak memberikan imbal hasil.
Di sisi lain, harga perak spot turun 0,9% menjadi $37,79 per ons, setelah sehari sebelumnya sempat menyentuh level tertinggi sejak September 2011.(yds) Rifan Financindo.
Sumber : NewsMaker
